Menjadi Manusia Biasa: Untuk mereka yang mogok kerja hari ini

Saya tak pernah memimpikan untuk menjadi orang biasa. Mungkin sepertimu juga. Bermimpi menjadi orang besar, punya ribuan talenta, terkenal, ganteng/ cantik, terkenal, disegani orang, senantiasa dihormati, menghiasi lembaran bertia koran, dll. Tapi apakah pernah seorang memimpikan menjadi manusia biasa? saya tak tahu. Namun itulah yang sebenar-benarnya ingin saya mimpikan.

Ya, karena orang yang memimpikan menjadi manusia biasa ialah orang yang berjiwa besar. Orang yang memberikan seluruh waktu, tenaga, pikiran, suara, hati dan jiwanya untuk kebaikan. Ia tak lagi memikirkan tentang “aku” tapi ia memikirkan “mereka, kita” dan itulah yang terucap dari bibir kekasih umat ini, beliau di ujung maut yang bersandar di pelabuhan jiwanya mengatakan dengan lirih namun jelas terdengar di telinga sahabat “ummati, ummati, ummati”

Toh, ummat yang beliau selalu sebutkan ialah ummat yang meludahi beliau, melempari kaki beliau hingga terluka, memerangi beliau, bahkan berusaha untuk membunuh beliau. Namun cinta yang terkembang dalam jiwanya serupa dengan layar kapal yang menghanyutkan kapal menuju pelabuhan terakhir hidup ini. Ia terus mengingat ummat ini dengan cinta yang demikian menggetarkan.

Apakah beliau pernah mengharapkan diri untuk menjadi seorang saudagar keren? orang kaya raya se-Mekah? raja paling berkuasa? terkenal di seantero jagad raya? NOPE. Beliau hanya menggembala kambing di masa mudanya, berdagang dengan modal kejujuran, kecerdasan, kefasihan lisan berbincang, dan ketulusan yang tinggi atas apa yang beliau kerjakan. Dan inilah yang menjadikan beliau besar, bahkan ketika menjadi orang besar, seorang utusan Allah, orang yang mendapat bagian harta paling besar dalam kemenangan perang, bahkan pernah diceritakan domba beliau sebanyak lembah yang luas, namun beliau merasa menjadi manusia biasa. 

Lalu, apakah kita yang sampai detik ini masih rakus dengan dunia, masih berharap terkenal dengan sendirinya, berkarya dengan asal-asalan, bekerja hanya karena kewajiban, bertindak karena keterpaksaan, berteriak karena banyak yang berteriak, berdemonstrasi karena tidak enak dengan kawan, dan lupa dengan tugas kita merasa penting untuk jadi orang besar? Ah, lupakan saja menjadi orang besar kalau kita masih punya mental PRIYAYI yang minta dilayani, bukan mental seorang RAJA yang mau melayani rakyat dan bangsanya.

I don’t blame they who demonstrate today, but I just wanna say, what are you doing when they suffer and half dying. Are you still stand proudly in above of their corpses? 

9 Comments

    1. HaKim says:

      Terima kasih

      Like

  1. nunnalita says:

    Saya tak pernah memimpikan untuk menjadi orang biasa. nice opening! 🙂

    Like

    1. HaKim says:

      terima kasih

      Like

  2. duniaely says:

    kalau memikirkan Dunia terus nggak akan ada habisnya ya bro, capek

    Like

    1. HaKim says:

      Ya, begitulah Mbak El… sebab dunia selalu berputar, bundar dan tak tahu ujungnya 🙂
      Bagaimanakah kabar Germany?

      Like

  3. Ordinary people with extraordinary life. 🙂

    Like

    1. HaKim says:

      yup, exacly he is the best one and ever

      Like

Leave a Comment