Yang Terajut Di Atas Takdir


Siapakah ia tahu ingin-Nya

Rasa, Omongan, Makna-makna, Angan, Deru Oh… Nyalakan imanmu

Dimana Aku Nanar

 

Hai elang rentangkansayapmu untukku

Perkabarkan rasa asa, musim “Oentuk nektar  O-Mu”

 

lalu ketika semua bertanya, jawablah

semua yang terajud diatas takdir

ialah yang terbaik bagimu atas imanmu….

 

Yogyakarta, Januari 2011

Bila Tak Sesuai Harapan


Melihat mimpi-mimpi ataupun harapan-harapan yang terjadi tidak sesuai harapan, dan mendengar tawa orang-orang yang melihat ‘ketidaksesuaian’ mimpi dan harapan kita menjadi semacam rasa pedas dalam hidup. Kemudian ketika kita juga ikut mengamati mimpi serta harapan kita sendiri runtuh dihadapan mata membuat semacam perasaan tidak nyaman. Namun, sejujurnya, tak ada yang lebih buruk dibandingkan menikmati kesedihan.

Orang-orang yang menemui jalan buntu dalam harapan dan mimpi mereka melihat jalan itu sebagai waktu untuk berputar dan melihat sekitar. Inilah yang membedakan dengan orang yang justru duduk terpaku mengamati jalan itu sambil menangis tersedu-sedu. Padahal, bila ia mau melewati jalan itu, entah dengan menghancurkan tembok-temboknya ataupun dengan melewati ‘kelokan takdir’ yang lain, ia masih bisa melihat mimpi dan harapannya berada dibalik tembok penghalang itu.

Adalah mereka yang memutuskan untuk menarik nafasnya dalam-dalam sebelum kembali melangkah yang akan menemukan mimpi yang lebih baik. Sebab demikianlah mekanismenya. Kita menginginkan sesuatu terjadi sesuai harapan dan mimpi-mimpi kita sedangkan Allah menginginkan kita mencapai harapan-harapan yang pernah terlontar dalam doa. Disadari ataupun tidak, sebab jalan buntu yang tak sesuai harapan itu adalah kelokan takdir menuju pengabulan doa-doa kita.

Maka , marilah kawan tetap semangat dalam menikmati kesyukuran atas keberhasilan ataupun menikmati waktu-waktu yang berhenti sebelum akhirnya kembali melangkah pergi.