Mengambang

Aku tak tahu mengapa, namun begitulah hidup. Setiap kali kita tenggelam, kita berjuang sedemikian rupa untuk bertahan hidup. Setiap kali halangan menghadang, menahan, membuat kita terjepit dalam kesendirian yang nyeri, kita selalu bangkit dan melawannya. Terkadang kita berhasil mengalahkan, namun lebih sering kalah olehnya. Namun, di atas semua itu, kita selalu mengambil pelajaran darinya. Entah berupa lara yang panjang, atau hanya sekedar percikan inspirasi untuk langkah lebih berhati-hati.

Berbeda dengan tembok itu, tenggelam itu, halangan itu, kita sering pula bangkit mengambang dan tak jelas. Bukan ekstase dalam kebahagiaan, bukan pula kesedihan yang perlahan sirna. ia mendekati rasa yang hampa, namun berisi. Ia lebih mirip dengan mengambang, terbawa oleh arus yang tak membahayakan, juga tak membawa kita pada puncak yang tinggi. Ini adalah perasaan yang benar-benar ordinary, mediocre, tak perlu ditangisi ataupun ditertawakan terlalu. Ia mengalir seperti apa adanya, dan begitulah mungkin definisi kedamaian.

Namun, terkadang diriku tak menghendaki kedamaian yang datar. Juga tak menghendaki lara yang panjang. Aku menghendaki hidupku menjadi serupa ombak yang senantiasa memberikan debur dan suara, gulungan dan udara untuk dinikmati bagi hidupnya jiwa dalam diriku. Ah, betapa mengambangnya tulisan ini. Ia tak dalam menusuk, tak juga ekstase membuatmu bahagia. maafkan.

2 Comments

  1. lazione budy says:

    tenggelamkan saja di dasar kolam kalau begitu…

    Like

    1. HaKim says:

      wah nggak bisa berenang je mas, “glagepen” nantinya

      Like

Leave a Comment